Membaca PEC saya menilai ada kesamaan arah (pastinya tentu tidak sama) dengan apa yang saya pelajari (jalankan) selama 20 tahun-an, yaitu Tasawuf yang berada dalam koridor religi Islam. Yang berusaha membangun pola pikir dan karakter manusia secara sempurna (kaffah). Sayangnya secara awam pengertian Tasawuf tereduksi menjadi pengetahuan tentang agama saja, dan pengamalnya diletakkan secara eksklusif bagi orang-orang tua serta sudah cukup mumpuni agamanya.
Dalam sejarahnya cikal bakal tasawuf sudah ada sejak tahun 650-an yang ditokohi oleh Abu Dzar al Ghifari, sebuah gerakan perlawanan terhadap perilaku penguasa saat itu yang hidup korup dan bermewah-mewahan. Dimana hal ini tidak sesuai dengan tauladan perilaku dan kehidupan nabi Muhammad Saw. Selanjutnya Tasawuf berkembang pesat sekitar tahun 800-an di segala penjuru dunia, hingga sekarang. Adapun metode yang ditempuh seseorang dalam menjalankan Tasawuf disebut Thareqat, dimana dikenal beberapa Thareqat diantaranya Shiddiqiyah, Tayfuriyah, Khalidiyah, Naqsabandiyah, dll.
Sekitar tahun 1950-an silsilah Guru Thareqat Naqsabandiyah (TN) berada pada Prof.Dr.H. Kadirun Yahya, dimana yayasannya sekarang menaungi surau (tempat berkegiatan) berjumlah 680 tempat di Indonesia, 14 surau di Malaysia dan 1 tempat di Maryland, Washinton DC, AS. Di surau-surau inilah saya dan jama’ah lainnya digembleng.
Uraian di atas saya maksudkan untuk mengingatkan kita bahwa, program-program pengembangan kepribadian sudah menjadi keperdulian orang sejak jaman dahulu, apapun istilahnya, dari manapun asalnya (selain Islam, selain agama). Hal ini nampaknya menjadi kontrol alami atas berbagai kenaifan yang diperbuat oleh manusia itu sendiri, seiring dengan berjalannya masa. Sekarang ini dengan berkembangnya pemikiran dan tehnologi yang mewarnai program-program tersebut itulah kiranya maka tercipta berbagai produk, misalkan ESQ, Kuantum Ikhlas, Golden Ways, PEC, dll.
Di TN sendiri beberapa nilai yang dibangun pada jama’ah diantaranya : keikhlasan, integritas, komitmen, konsisten dan professional sehingga diharapkan bisa menjadi insan kaffah dan menjadi agent of change bagi lingkungannya. Latihan penerapan nilai-nilai tersebut dilakukan dalam beberapa kegiatan utama di TN diantaranya : berdzikir dengan metode yang ditentukan, I’tikaf berdiam diri beribadah dan meninggalkan urusan duniawi untuk sesaat, ubudiyah atau pengabdian, dll. Sejalan dengan perkembangan pemikiran dan tehnologi akhir-akhir ini dikembangkan sejumlah pelatihan, diantaranya Sufi Thinking, Family Gathering, Kidz point, yang menguatkan jama’ah pada paradigma, mindset dan value sebagaimana yang dianut TN. Tentunya kegiatan yang terakhir ini hanya untuk mendukung kegiatan utama.
NOTES :
• Ternyata trend pelatihan sekarang memang perlu dengan menggunakan
bahasa asing….?!
• Menarik juga yaa… kalau ada forum diskusi antar pelaku (pengamal) produk
character building ini, khususnya ditujukan untuk memberi kontribusi solusi
bagi orang-2 negeri (dunia) ini yang carut marut
=============================================
Tulisan di atas sumbangan dari Elok Mahbubah, aktivis “Tembakau Folklore”, Jember, Jawa Timur, yang diposting di Group Personal Excellent Community.
RESPONS Personal Excellent Community (PEC):
First, terimakasih sodaraku Tembakau Folklore telah berbagi pengalaman yg amat berharga. Kondisi ekselens yg patut kita miliki adalah kondisi HATI (heart) yg lembut & bening. Konon, kata para pengamal tasawuf, kelembutan & kebeningan hati m…encerminkan “bayangan Tuhan di sana”… Mgkin maksudnya, itulah kondisi kebenaran sejati. Mungkin beda bahasa. PEC, mengistilahkan kepribadian ekselens, cakupan dan spektrumnya cukup luas, walaupun mungkin blm menjangkau apa yg di kalangan tasawuf disebut “insan kaffah”, tapi setidaknya membuka jalan ke sana. PEC mengajak melongok ke dalam (inward looking) ke “kesadaran yg lebih tinggi”, jauh di dalam alam pikiran kita yg belum pernah scr sadar kita singgahi krn emang di luar “coverage area” kesadaran kita. PEC menyebutnya, subconscious mind atau “kesadaran jiwa”. Di situ tersimpan potensi “energi” luar biasa yg bs kita manfaatkan utk membuka JALAN ke arah (istilah Anda) “insan kaffah”. Pendekatan kita bisa jadi berbeda, krn PEC bukanlah aliran/ sekte keagamaan atau berafiliasi kpd “isme” tertentu. Semua berjalan alamiah dan menggunakan / memanfaatkan KARUNIA TUHAN yg bersemayam dlm diri kita, manusia. Dlm pandangan PEC, sistem manusia sudah KOMPLET PLET.. tinggal kita menjalankannya saja. MIND – BODY – SOUL kita dayagunakan. PEC membantu menunjukkan BUKU MANUAL-nya utk menjalankan SISTEM MIND – BODY – SOUL kita. Tentang bahasa, itu hanya metode teknis penyampaian. Sepanjang komunikatif, oke ajalah… Dlm perkembangannya kelak, bukan tak mungkin teradopsi menjadi bahasa2 lain yg juga komunikatif.. KOMUNIKATIF jg bermakna “bisa diterima”. Sodara, secara alamiah, kita yakin kan, jika manusia bergerak ke arah jalur yg lebih baik… itu “suara hati”.. PEC memang menggunakan “bahasa” yg kira2 org bisa nerima gitulah… dan, menyajikan apa yg di kalangan sufi disebut “kegaiban”, “keajaiban” bahkan mungkin “mistis”, di PEC diekstrak menjadi alamiah dan bisa dipahami siapapun (istilah ekstrimnya —maaf ini kutipan langsung—, “demistifying” fenomena yg semula sulit dipahami orang). Benar kata anda, PEC, Golden Ways, Quantum Ikhlas, etc.. hanyalah tools saja kok.. Goalnya adalah: “personal excellence”, insan kaffah –istilah Anda–, atau mungkin “kebeningan kalbu”, atau apapun namanya. Saya juga yakin, kemunculan tren pemikiran revolusioner pembelajaran kepribadian semacam Quantum Ikhlas, Golden Ways, PEC, dll itu salah satunya bertolak dari “keprihatinan” betapa banyak program upgrading pikiran dan kepribadian banyak yg gak ngefek… Kelembutan & kebeningan hati menjadi makhluk langka… Okelah… semua adalah upaya/ ikhtiar… APA YANG DIPAHAMI DAN DIYAKINI OLEH PIKIRAN MANUSIA, BERARTI BISA DICAPAI (bahkan termasuk kecarut-marutan kondisi negeri ini… –kata media massa–).
Second, ketika kita bergerak dan ingin berubah (menjadi yg lebih baik of course), jalan telah terbuka… tinggal dilewati aja… Third, diskusi antar pelaku dan pengamal produk character building bisa saling share di sini… Mungkin masih banyak tools yg bermanfaat… Ini adalah KOMUNITAS.. bagi kita yg ingin BECOMING EXCELLENT.
SINERGITAS IRAMA ALAM SEMESTA: semakin kita bisa membuktikan pendayagunaan potensi alamiah diri kita (yg semula belum kita sadari), semakin kita bisa mencintai Tuhan dan semakin pandai bersyukur akan karunia-Nya yg sangaaat banyaak dan tdk ternilai… (ini semacam “efek samping” sisi spiritualitas PEC —walaupun PEC sendiri bukanlah sebuah tatacara spiritual— melainkan murni pembelajaran MIND – BODY – SOUL). Semoga diskusi kita bermanfaat. Amin. Salam.
Reblogged this on WK on Politics UB and commented:
Ini adalah salah satu respons pembaca di sebuah komunitas pemberdayaan diri “Personal Excellence Community” yang tertulis di http://www.MiracleWays.com. Menarik untuk menjadi asupan bagi pengembangan diri para pembelajar, yakni siapapun yang masih mendefinisikan dirinya “sedang belajar”.
SukaSuka